Semarang – Pemberlakuan Kurikulum Merdeka di setiap sekolah di Kabupaten Semarang membuat sekolah-sekolah berbenah mengikuti perkembangan zaman pada umumnya dan kurikulum khususnya. Paguyuban Sekolah Swasta (Pagusta) di Kabupaten Semarang yang beranggotakan 49 sekolah swasta dan diketuai Bapak Ihwanul Muslim, S.Ag. Sekolah-sekolah swasta sudah mendapatkan sosialisasi tentang Kurikulum Merdeka dari Dinas Pendidikan. Meskipun demikian sekolah swasta mengalami kesulitan pada saat dihadapkan pada proses implementasi Kurikulum Merdeka.
Solusi yang ditawarkan oleh Tim Pengabdian kepada Masyarakat Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi Universitas Negeri Semarang (UNNES) yang diketuai oleh Dr. Trimurtini, M.Pd. untuk bersama-sama merencanakan dan menyusun pembelajaran berdiferensiasi. Rangkaian kegiatan pengabdian ini telah diawali dengan sosialisasi dan workshop pembelajaran berdiferensiasi bagi Bapak Ibu Kepala Sekolah dan Guru Sekolah Swasta di Kabupaten Semarang pada tanggal 22 Mei 2024 bertempat di SMP Pangudi Luhur Ambarawa dan dihadiri 60 orang.
Kegiatan ini dibuka oleh Bapak Budi Riyanto, M.Pd. PLT Kepala Disdikbudpora Kabupaten Semarang dan dihadiri tamu undangan Koordinator Pengawas SMP Bapak Tri Widodo, M.Pd. serta pengawas SMP Bapak Asep Mintarso, M.Pd. dan Bapak Rahmat Doni Wiryatmo, S.Pd. Arahan dari Bapak Budi Riyanto, M.Pd. terkait dengan kualifikasi dan tugas pokok guru di sekolah yang memiliki peran vital dalam mendidik siswa. Beliau juga mendorong sekolah-sekolah swasta untuk terus maju dan berprestasi. Sekolah swasta diharapkan selalu adaptif mengikuti perkembangan zaman sehingga dapat eksis dalam mendidik generasi penerus di Kabupaten Semarang.
Materi yang disajikan oleh tim pengabdian Masyarakat meliputi filosofi dan panduan pembelajaran berdiferensiasi disajikan oleh Petra Kristi Mulyani, M.Ed, Ph.D. serta contoh implementasi pembelajaran berdiferensiasi di berbagai mata Pelajaran oleh Desi Wulandari, M.Pd. dan Dr. Nursiwi Nugraheni, M.Pd. Pembelajaran berdiferensiasi yang sudah digaungkan beberapa waktu lalu melalui kurikulum Merdeka, sebenarnya sudah dikaji oleh beberapa tokoh seperti Carol Ann Tomlinson (2000) yang menyampaikan “Differentiation means tailoring instruction to meet individual needs. Whether teachers differentiate content, process, products, or the learning environment, the use of ongoing assessment and flexible grouping makes this a successful approach to instruction.”
Kegiatan ini kemudian akan berlanjut dengan tahapan eksternalisasi dan kombinasi, dimana kepala sekolah dan guru melakukan transfer knowledge atau pengimbasan di sekolah masing-masing. Dilanjutkan dengan experimentation yaitu merencanakan dan mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi di sekolah. Sehingga tujuan dari kegiatan pengabdian kepada Masyarakat ini yaitu mengoptimalkan peran guru dan sekolah dalam melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi dapat dicapai.