Jakarta – Bergabungnya ketua DPD Partai Demokrat (PD) Sulawesi Utara (Sulut), GS. Vicky Lumentut yang biasa disapa Vicky, ke Partai Nasional Demokrat (Nasdem), ternyata menjadi perbincangan nasional bahkan menjadi viral di media sosial (medsos).
Bahkan, imbas cuitan Ketua Umum DPP PD, terkait penjaketan Vicky menjadi kader Nasdem, membuat Sekjen Partai Nasdem Johhny G Plate angkat bicara.
Menurut Sekjen Partai Nasdem ini, bahwa bergabungnya Vicky ke Nasdem harusnya menjadi bahan refleksi internal bagi partai bersangkutan. Pelak saja, kondisi ini membuat Vicky yang kini resmi bergabung di partai Nasdem, merasa harus melakukan klarifikasi. Sebab, Vicky merasa bergabungnya dia ke dalam keluarga besar Nasdem adalah kemauan dirinya sendiri tanpa ada paksaan dalam bentuk apapun.
“Partai Nasdem mempunyai cita-cita luhur untuk memperbaiki bangsa dan negara. Di mana Ketum DPP Partai Nasdem Bapak Surya Paloh mengatakan bahwa kondisi bangsa sedang sakit, jadi perlu niat dan upaya keras untuk memperbaikinya. Gerakan perubahan restorasi harus dilaksanakan, dan untuk mengawal restorasi ini, teladan dan kejujuran dari pemimpin adalah kuncinya,” urai Vicky.
Menurut dia, penyampaian Ketum Nasdem ini termasuk soal kondisi demokrasi sekarang mulai terjadi Pragmatis dan Transaksional, ditambah dengan sikap Partai Nasdem anti mahar, bagai magnet dan membuat ketertarikan.
“Itulah yang membuat saya tertarik dan jatuh hati, kemudian saya minta izin dan bermohon untuk diterima menjadi angota partai,” akunya.
Dikatakannya, bahwa dirinya sudah 7 tahun lebih menjabat sebagai ketua DPD PD Sulut. Pun hubungan, dengan DPP dan keluarga besar PD selama ini baik-baik saja.
“Mulai dari Ketua Umum Pak SBY, Sekjen bung Hinca, mas AHY, Mas Ibas, Pak PEW dan jajaran DPP serta rekan-rekan Ketua DPD se Indonesia, semua baik dengan saya. Terakhir saya ikut rapat bersama DPP tanggal 17 September 2018 mendengarkan kebijakan DPP dalam menghadapi Pileg dan Pilpres 2019,” jelasnya.
Sebagai Ketua DPD PD Sulut, kata dia, secara terbuka telah menyatakan ke publik, bahwa PD Sulut mendukung Jokowi sebagai calon Presiden RI tahun 2019.
“Alasan saya bersama keluarga besar PD Sulut mendukung pak Jokowi, pertama, rakyat Sulut banyak yang senang dan suka kepada pak Jokowi. Kedua, Presiden Jokowi adalah atasan saya sebagai Walikota Manado, dan saya melihat bahwa selama beliau memimpin Indonesia banyak kemajuan yang telah terjadi melalui kebijakan – kebijakan ditambah lagi kerja membangun dengan tulus yang dilakukan untuk kepentingan rakyat di semua wilayah tanpa membeda-bedakan Suku Agama dan Ras,” katanya.
Rupanya keputusan Vicky ini berbeda dengan DPP PD. Tak heran, Vicky menyakini
sikapnya itu akan menggangu hubungannya dengan DPP.
“Saya merasa hubungan baik dengan DPP PD akan terganggu dengan sikap saya ini. Oleh karena itu dengan kesadaran sendiri tanpa paksaan orang lain, saya memilih untuk mengundurkan diri dan bergabung dengan partai Nasdem,” akunya.
Selain itu, Vicky yang disinggung wartawan terkait guliran isu pindah ke partai Nasdem imbas adanya panggilan dari Kejagung RI atas jabatannya sebagai Walikota Manado, menegaskan, bahwa bergabung dirinya ke Nasdem bukan karena adanya ajakan atau paksaan apalagi jika dikaitkan dengan perlindungan hukum.
“Saya nyatakan bahwa sampai saat ini saya tidak ada masalah hukum. Kawan-kawan mendengar bahwa sekarang ini sedang ada pemeriksaan dugaan korupsi dana bantuan bencana banjir kota Manado tahun 2014 oleh Kejagung. Saya selaku Walikota dipanggil untuk memberikan keterangan sebagai saksi pada tanggal 24 September 2018. Tapi, pada saat bersamaan saya kurang sehat dan sedang tahapan perawatan maka saya minta izin untuk dijadwalkan kembali. Saya tahu bahwa partai Nasdem anti korupsi, makanya bila dikemudian hari saya terlibat kasus korupsi, dengan kesadaran sendiri saya yang akan mengundurkan diri agar tidak mencemari kredibilitas partai Nasdem,” janjinya.
Awalnya lanjut dia, di era demokrasi saat ini, berpindahnya seorang politisi ke partai lain, dianggap normal normal saja. Akan tetapi, Vicky sempat kaget ketika sikap dan pilihannya itu malah jadi ramai dan mulai berisik. Bahkan, Vicky mengaku bingung, ketika ada kawan kawannya di Partai Demokrat yang mulai menyerang Nasdem.
“Pindahnya saya ke Partai Nasdem, saya anggap normal-normal saja di era demokrasi ini. Tapi ternyata malah jadi ramai dan jadi berisik. Herannya, kenapa kawan-kawan di partai Demokrat menyerang partai Nasdem, padahal kepindahan saya itu karena kesadaran dan keinginan saya sendiri. Untuk semua ketidaknyamanan ini, saya mohon maaf sebesar-besarnya kepada Ketum partai Nasdem yang saya hormati dan banggakan yakni bapak Surya Paloh dan jajaran pengurus serta semua keluarga besar partai Nasdem,” pungkasnya.