Opini

Semangat Ishlah Al-Hasan Pemimpin Para Habib

Oleh: Ayik Heriansyah
Pengurus Lembaga Dakwah PWNU Jabar

Al-Hasan cucu Nabi Saw memberi contoh teladan yang baik kepada kita tentang arti perdamaian. Dari dirinya dan adiknya Husain lahir dzuriyah Nabi saw yang tersebar ke seluruh dunia.

Sejarah menceritakan setelah Khalifah Ali Ra terbunuh, penduduk Kufah membai’at al-Hasan. Kemudian al-Hasan bertolak ke Syam. Ia ingin menemui Mu’awiyah pemimpin di Syam.

Kaum muslimin di Syam sejak pertama kali Ali bin Abi Thalib dibai’at menjadi khalifah sampai wafatnya tidak pernah membai’at Khalifah Ali. Mereka menjadi lawan seteru Khalifah Ali yang sampai puncak terjadi perang Shiffin.

Al-Hasan pecinta perdamaian. Ia menentang keberangkatan ayahnya untuk menyerang pasukan Mu’awiyah. (Al-Mushannaf, karya Abdurrazaaq (V/462).

Setelah ayahnya wafat, ia ingin berdamai dengan Mu’awiyah. Imam Hasan al-Bashri berkata: “Ketika al-Hasan bin Ali berangkat bersama pasukannya menemui Mu’awiyah, ‘Amr bin ‘Ash berkata kepada Mu’awiyah: ‘Saya melihat pasukan yang begitu banyak, dan mereka tidak akan kembali sebelum berperang melawan jumlah yang sama.’”

Imam Hasan al-Basri melanjutkan: “Padahal aku mendengar Abu Bakrah berkata: ‘Ketika Rasulullah Saw berkhutbah di atas mimbar, tiba-tiba datanglah al-Hasan. Melihat kedatangannya Nabi Saw bersabda: ‘Anakku ini akan menjadi pemimpin. Semoga dengan keberadaannya, Allah Swt akan memperbaiki hubungan dua kelompok kaum muslimin yang bertikai.” (Shahihul Bukhari, kitab “Fadhailush shahabah”, Bab “Fadhailul Hasan wal Husain no. 3746).

Az-Zuhri berkata: “Ketika Mu’awiyah mengirim surat kepada al-Hasan yang isinya:’Tulislah di sini apa yang engkau inginkan, maka engkau akan mendapatkanya.’ ‘Amr bin ‘Ash berkata: ‘Sebaiknya kita berperang saja dengannya.’ Mu’awiyah menjawab: ‘Jangan terburu-buru, wahai Abu Abdullah, karena engkai tidak akan bisa membunuh mereka sampai penduduk Syam juga terbunuh dengan jumlah yang sama dengan mereka. Lalu apa enaknya hidup setelah itu? Aku tidak akan mengangkat senjata kecuali dalam kondisi terpaksa.’”

Setelah itu Mu’awiyah menemui al-Hasan. Mereka berdialog. Al-Hasan akhirnya bersepakat demi persatuan umat. Dia membai’at Mu’awiyah tanda memberikan kekhilafahan kepada Mu’awiyah. Maka Mu’awiyah menjadi Amirul Mukminin. Peristiwa rekonsilisasi umat ini dikenal dengan “Aamul Jama’ah (Tahun Persatuan).

Kemudian al-Hasan pulang. Dia mengisi hari-harinya dengan mengajar, menyebarkan ilmu dan beramal shaleh. Sejak saat itu kehidupan politik umat Islam pulih sedia kala.

Ketegangan-ketegangan antar kubu hilang sudah. Setiap orang dapat mengerjakan tugasnya sebagai hamba Allah Swt, warga negara dan anggota masyarakat dengan aman dan tentram. Pemerintahan Mu’awiyah bisa mengembangkan Islam ke belahan dunia lainnya dengan dakwah dan futuhat.

Dari fragmen rekonsiliasi al-Hasan dan Mu’awiyah kita mendapat pelajaran (ibrah) bahwa berdamai lebih baik ketimbang berseteru. Harapan Nabi Saw di atas mimbar ketika melihat al-Hasan: “…Anakku ini akan menjadi pemimpin. Semoga dengan keberadaannya, Allah Swt akan memperbaiki hubungan dua kelompok kaum muslimin yang bertikai.”

Menunjukkan Nabi Muhammad Saw menyukai perdamaian terealisir tanpa harus menyalahkan salah satu pihak. Sikap saling menyalahkan akan merembet kepada perbuatan saling membuka aib dan saling menghujat. Lebih parah lagi jika sampai saling menyebarkan berita bohong (hoaks) dan ujaran kebencian.

Konsep ishlah dalam ajaran Islam menjadi salah satu misi kenabian. Seperti perkataan Nabi Sholeh as yang diabadikan dalam Al-Qur’an berikut ini,

إِنْ أُرِيدُ إِلاَّ الإِصْلاَحَ مَا اسْتَطَعْتُ

“Aku hanya bermaksud (melakukan) perbaikan semampuku.” (QS.Huud:88).

Rekonsiliasi juga bagian dari jalan menuju taqwa kepada Allah Swt.

فَاتَّقُواْ اللّهَ وَأَصْلِحُواْ ذَاتَ بِيْنِكُمْ

“Maka bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara sesamamu.” (QS.Al-Anfal:1)

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

“Sesungguhnya orang-orang Mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.” (QS.Al-Hujurat:10)

Ahlu Sunnah wal Jama’ah (Aswaja) sepakat, melarang mencela sahabat terkait apa yang terjadi di antara mereka walaupun sudah diterangkan mana pihak yang benar mana pihak yang salah. Aswaja berprasangka baik, peperangan antar sahabat karena ijtihad mereka.

Sedangkan Allah Swt memaafkan orang yang salah dalam ijtihadnya bahkan tetap menghargainya dengan memberi pahala setengah dari yang diperoleh oleh ijtihad yang benar.

Most Popular

Babenya adalah baca berita nya dari beragam situs berita populer; akses cepat, ringan dan hemat kuota internet.

Portal Terpercaya.

Copyright © 2016 BaBenya.com.

To Top