Opini

#KaburAjaDulu: Strategi Nasionalisme dalam Taman Sari Internasionalisme

Indonesia saat ini berada dalam kondisi yang tidak kondusif akibat eskalasi politik primitif oleh segelintir elite, maraknya tindak pidana korupsi, serta penyalahgunaan hukum untuk melanggengkan kekuasaan. Demokrasi yang seharusnya menjamin kedaulatan rakyat justru mengalami kemunduran menjadi tirani. Dalam situasi ini, munculnya hashtag #KaburAjaDulu bukanlah bentuk pengkhianatan terhadap nasionalisme, melainkan strategi untuk bertahan dan mencari solusi yang lebih baik dalam menghadapi tekanan sistemik yang menindas.

Sebagai seorang Eksponen 98 yang memperjuangkan demokrasi sejati bagi rakyat, saya, Dodi Ilham, menegaskan bahwa #KaburAjaDulu harus dipahami sebagai strategi nasionalisme dalam konteks global. Sejarah membuktikan bahwa banyak tokoh bangsa harus meninggalkan tanah air sementara waktu demi memperoleh pengalaman, wawasan, dan strategi yang lebih baik untuk membangun Indonesia.

Landasan Spiritual dan Filosofis

Hashtag #KaburAjaDulu memiliki korelasi mendalam dengan prinsip spiritual yang terdapat dalam QS. Al-Insyirah ayat 5-6, yang menegaskan bahwa di setiap kesulitan selalu ada dua kemudahan yang menyertainya. Dalam konteks ini, mengambil jarak dari situasi yang penuh tekanan bukan berarti menyerah, tetapi justru merupakan cara untuk menemukan jalan keluar dan membangun kembali kekuatan dengan lebih baik.

Selain itu, dalam QS. Adh-Dhuha ayat 7, Allah menegaskan bahwa seseorang yang berada dalam kebingungan akan diberikan petunjuk. Ini menegaskan bahwa dalam situasi sulit, terkadang seseorang harus mengambil langkah mundur agar dapat melihat arah yang lebih jelas. Oleh karena itu, #KaburAjaDulu bukan berarti kehilangan arah, melainkan bagian dari perjalanan mencari petunjuk dan solusi untuk kembali berkontribusi dengan lebih baik.

Nasionalisme dalam Konteks Internasionalisme

Nasionalisme sejati bukan hanya diukur dari keberadaan fisik seseorang di dalam negeri, tetapi dari kontribusinya terhadap bangsa. Dalam era globalisasi, banyak anak bangsa yang memilih untuk menimba ilmu dan pengalaman di luar negeri demi membawa manfaat bagi Indonesia. Oleh karena itu, fenomena #KaburAjaDulu harus dilihat sebagai strategi penguatan daya saing dan daya juang bangsa, bukan bentuk pelarian.

Sejarah mencatat bahwa Tan Malaka, seorang pemikir dan pejuang kemerdekaan Indonesia, telah menggagas ide Republik Indonesia bahkan sebelum negara ini resmi berdiri. Melalui perjuangannya di luar negeri, ia merumuskan konsep-konsep penting bagi kedaulatan bangsa, termasuk dalam bukunya Naar de Republiek Indonesia. Dalam pengasingannya di berbagai negara, ia tetap berjuang dan memperjuangkan ide kemerdekaan Indonesia. Ini menjadi bukti bahwa nasionalisme tidak selalu berarti menetap di dalam negeri, tetapi bisa juga diperjuangkan dari luar dengan pemikiran, strategi, dan pergerakan yang lebih luas.

Banyak tokoh nasional seperti Soekarno, Hatta, hingga Sutan Sjahrir yang pada masanya juga melakukan perjalanan ke luar negeri untuk menimba ilmu dan membangun pergerakan nasional. Dalam konteks modern, generasi muda Indonesia harus diberikan ruang untuk berkembang di tingkat global, agar ketika kembali, mereka memiliki wawasan dan keterampilan yang mampu mendorong kemajuan bangsa.

Dampak Sosial, Politik, dan Ekonomi

1. Aspek Sosial: Hashtag #KaburAjaDulu merepresentasikan hak individu dalam mencari kehidupan yang lebih baik tanpa kehilangan kecintaan terhadap tanah air. Negara harus memastikan bahwa mereka yang kembali dapat berkontribusi maksimal bagi pembangunan.

2. Aspek Politik: Fenomena ini mencerminkan ketidakpercayaan terhadap sistem yang tidak demokratis. Reformasi politik harus dilakukan agar warga negara tidak perlu “kabur” untuk mencari kebebasan.

3. Aspek Ekonomi: Brain drain dapat diubah menjadi brain gain jika pemerintah memiliki strategi yang tepat dalam memanfaatkan sumber daya manusia yang telah mendapatkan pengalaman di luar negeri.

Rekomendasi Kebijakan

1. Reformasi Politik dan Hukum: Mengembalikan supremasi hukum dan demokrasi sejati agar masyarakat tidak perlu “kabur” untuk mencari perlindungan dari ketidakadilan.

2. Program Insentif untuk Diaspora: Menciptakan kebijakan yang menarik bagi talenta diaspora Indonesia untuk kembali dan berkontribusi dalam pembangunan nasional.

3. Pemberdayaan Kewirausahaan Global: Mendorong ekosistem bisnis yang memungkinkan warga negara yang sementara di luar negeri tetap bisa berkontribusi dalam ekonomi nasional.

4. Perlindungan Hak Asasi Manusia: Menjamin kebebasan berpikir dan berekspresi agar masyarakat tidak merasa terkekang dalam negara sendiri.

Kesimpulan

Indonesia membutuhkan perubahan, dan perubahan hanya bisa terjadi jika ada ruang bagi rakyat untuk berpikir, bergerak, dan bertindak tanpa tekanan tirani. Dalam semangat Gotong Royong sebagai Self-Determination Right, kita harus memahami bahwa perjuangan untuk Indonesia yang lebih baik bisa terjadi di mana saja, termasuk dari luar negeri.

Oleh karena itu, saya Dodi Ilham, Eksponen 98, menegaskan bahwa #KaburAjaDulu adalah strategi nasionalisme modern, bukan bentuk pengkhianatan. Narasi sempit yang menstigmatisasi pergerakan rakyat harus dihentikan. Yang perlu kita lawan adalah sistem yang menindas, bukan mereka yang mencari jalan untuk tetap bertahan dan berkembang.

Dodi Ilham
Eksponen 98
General Secretary of Centre for National Security Studies (CNSS) Indonesia
Ketua Koperasi GOBER Indonesia

Most Popular

Babenya adalah baca berita nya dari beragam situs berita populer; akses cepat, ringan dan hemat kuota internet.

Portal Terpercaya.

Copyright © 2016 BaBenya.com.

To Top