Ketua Pengurus Koordinator Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PKC PMII) Sulawesi Tenggara (Sultra), Adriyan Nur Alam menilai, bahwa ancaman di situasi pandemi saat ini adalah adanya hoaks dan provokasi masyarakat yang bertujuan mendegradasi upaya pemerintah dalam penanggulangan pandemi Covid-19.
“Tindakan radikalisme dan provokatif di tengah Pandemi kerap kali terjadi,” kata Adriyan dalam webinar dengan tema : Merajut Persatuan dan Menangkal Radikalisme di Tengah Pandemi, Jumat (30/7/2021).
Apalagi, Mahasiswa maupun civitas akademika di kampus saat ini mudah sekali disusupi oleh pemikiran orang-orang yang cenderung bisa membuat penanganan pandemi kacau balau. Banyak yang tidak percaya dengan vaksin dan cenderung tidak mau divaksinasi. Termasuk mereka yang menentang pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).
Padahal menurut Adriyan, PPKM yang saat ini tengah dijalankan oleh pemerintah bertujuan besar, yakni memutus mata rantai penyebaran Covid-19, sehingga yang sudah terlanjur terpapar bisa dimaksimalkan untuk ditangani dengan baik, dan yang belum terpapar agar jangan sampai terpapar.
“Beberapa mahasiswa kampus di Indonesia sering kali dimasuki oleh pemikiran yang menjurus ke arah provokatif maupun hanya ingin memperkeruh suasana di masa pandemi Covid-19,” ujarnya.
Salah satu yang gamblang terlihat adalah beberapa kampus besar di Indonesia yang melakukan perlawanan terhadap pemerintahan yang sah. Membuat meme dan kampanye menjelekkan pemerintahan dan berujung pada munculnya kegaduhan baru di kalangan masyarakat.
“Misalnya, ketua BEM di salah satu kampus di Indonesia,” imbuhnya.
Bagi Adriyan, saat ini seharusnya semua elemen masyarakat tanpa terkecuali bergandengan tangan menanggulangi pandemi Covid-19. Salah satunya adalah dengan menciptakan narasi yang positif sehingga publik bisa berpikir optimis bahwa Indonesia akan segera bisa menghadapi pandemi ini.
“Peran kita sebagai kader PMII sangat dibutuhkan untuk melakukan counter atau perimbangan atas aktivitas mereka melalui media online, webinar ini menjadi salah satu contoh yang bisa kita lakukan,” tuturnya.
Di sisi lain, Kepala MA Ummushabri Kendari Agus Sugito melihat bahwa banyak masyarakat yang memilih jalan tidak sependapat dengan langkah pemerintah dalam menanggulangi pandemi Covid-19, mulai dari penggunaan masker hingga vaksinasi.
Kondisi ini menurut Agus muncul karena banyaknya disinformasi yang bertebaran di media sosial yang dilancarkan oleh kelompok anti pemerintah.
“Masyarakat hari ini justru lebih banyak menantang kebijakan Negara yang sebenarnya jika dipandang merupakan salah satu bagian yang dapat memberi potensi masyarakat terpapar Radikalisme. Sebab ketidakpercayaan mereka terhadap Negara justru akan sangat membahayakan pemahaman ideologi mereka atau akan lebih mudah terpengaruh,” ulas Agus.
Ia menilai pula bahwa pandemi justru jalan empuk untuk memasifkan propaganda dan narasi radikalisme di kalangan masyarakat. Mereka akan ditakut-takuti dan pada akhirnya tidak lagi percaya dengan pemerintahan yang sah saat ini.
“Di masa pandemi COVID-19 saat ini, jika kita kaji termasuk salah satu cara yang akan dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok radikalisme untuk melakukan propaganda mengenai ideologyi-ideologi yang akan mereka sampaikan berkenaaan dengan pemahaman Radikalisme,” paparnya.
Dalam kesempatan yang sama, sekretaris GP Ansor Sultra Khabirun menuturkan bahwa di media sosial, banyak sekali narasi kontra pemerintah yang justru ikut memprovokasi masyarakat agar tidak percaya dengan upaya pemerintah dalam menanggulangi pandemi.
Banyak dari mereka menurut Khabirun adalah kelompok yang intoleran dan menjadi sempalan polarisasi masyarakat yang sudah kadung terbentuk.
“Saya mengamati bahwa Sultra juga banyak kelompok Intoleran,” ujarnya.
Pria yang juga merupakan pembina PKC PMII Sultra ini mengimbau kepada PMII harus bisa menelurkan gerakan yang bisa melakukan counter narasi kelompok tersebut, serta mempu mengedukasi masyarakat agar bisa bersama-sama dengan pemerintah menanggulangi pandemi Covid-19.
“Tantangan sahabat PMII bagaimana memberikan pendidikan yang positif. Apalagi jika kita menghadapi pandemic seperti saat ini,” pungkasnya.