Jakarta – Aktivis 98 tergabung Jaringan Aktivis Reformasi Indonesia (Jari 98) mensinyalir isu agama akan kembali dimainkan di Pilkada Serentak 2018 dan Pilpres 2019.
Pasalnya, gerakan tersebut mulai terendus untuk memanfaatkan umat sebagai komoditas politik demi meraih kekuasaan dan akan mengulangi fenomena Pilkada DKI sebagai acuannya.
“Kami sangat menyayangkan sekali jika umat dimanfaatkan hanya untuk jualan politik. Ini lebih najis daripada bangkai binatang jika isu itu dimanfaatkan, kasihan umat yang awam masalah beginian dan sementara pemain atasnya malah memanfaatkan sebagai komoditas politik,” tegas Ketua Presidium Jari 98 Willy Prakarsa, hari ini.
Lebih lanjut, Willy enggan mengatakan kelompok yang memanfaatkan tersebut. Namun dia menyakini gerakan tersebut akan kembali diulangi untuk menjegal lawannya dan bila perlu mereka akan menghalalkan segala cara untuk meraihnya.
“Insya Allah, umat bisa melek dan sadar yang ada didaerah dengan gerakan demikian. Kami hanya memberikan penyadaran kepada publik untuk waspadai kelompok yang memainkan isu agar umat dijadikan sebagai komoditas politik,” sebut dia.
Dia juga mengecam jika ada parpol yang ikut memainkan isu tersebut guna mendongkrak perolehan suaranya nanti dengan mengabaikan persatuan dan kebhinnekaan yang telah dibangun dan dijaga selama ini.
“Rakyat sudah muak isu itu dimainkan. Jangan mengadu domba antara satu dengan yang lain. Berpolitik lah yang elegan jangan korbankan bangsamu ini. Jadikan agama dan satukan umat sebagai kiblat pemersatu bangsa,” sebutnya.
Kendati demikian, Willy mengakui bahwa umat yang awam bakal menjadi korban dengan memakai isu agama disetiap kali ajang Pilkada dan menjadi faktor jualan yang sangat laku keras bak kacang goreng.
“Kami menyayangkan para begundal politik memanfaatkan situasi politik untuk meraih kekuasaan. Indonesia rawan perpecahan nantinya, kalau gak percaya silahkan liat saja nanti,” katanya.
Masih kata Willy, tak jarang pula seorang sahabat menjadi retak hubungannya karena perbedaan. Padahal, momentum pesta demokrasi nanti itu hanyalah sesaat dan seluruh lapisan masyarakat mendukung pemimpin yang terpilih secara demokrasi.
“Jangan jadikan Indonesia terpecah belah dan kita menjadi bercerai berai,” tutur dia.
“Orang yang memakai agama sebagai komoditas politik tempat paling mulia adalah tong sampah,” jelasnya.
Willy memastikan Pancasila merupakan alat pemersatu bangsa dari perpecahan, konflik yang terjadi ditengah lapisan masyarakat, dengan jalan setiap masyarakat harus mampu menjiwai secara mendalam dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Namun ia mengaku optimis Kepolisian RI dibawah Kepemimpinan Kapolri Tito Karnavian mampu menciptakan rasa aman, nyaman dan tidak mengganggu kamtibmas ditengah-tengah pesta demokrasi.
“Kami yakin kerja keras Polri bisa menetralisir kegaduhan politik yang bakal dihadapi di 2018 dan 2019 nantinya,” pungkasnya.