Jakarta – Ratusan massa tergabung dalam Aliansi Mahasiswa dan Pemuda Relawan Cinta NKRI dan Forum Mahasiswa Jakarta berunjuk rasa di Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Bawaslu, Selasa (16/1/2018).
Mereka meminta kepada KPK dan Bawaslu RI untuk mengusut tuntas pernyataan La Nyalla Mattalitti terkait mahar politik kepada Ketua Umum Partai Gerindra.
“Kami mendesak KPK dan Bawaslu RI untuk mengusut tuntas pernyataan La Nyalla Mattalitti atas dugaan kuat pemerasan dan aliran dana kepada Ketua Umum Partai Gerinda sebesar Rp 40 M,” ungkap Koordinator aksi Bamantyo saat berorasi.
Sebelumnya, telah heboh dan menggemparkan publik beredar luas di sejumlah media massa atas pernyataan salah satu bakal calon Kepala dlaerah, La Nyalla Mattalitti kepada Ketua Umum partai Gerindra, Prabowo Subianto. Dalam pengakuan La Nyalla Prabowo meminta menyiapkan mahar atau uang (40 Miliar) dan bahkan ratusan miliar kepada dirinya.
Dikatakan Bamantyo, munculnya fenomena tersebur, rakyat jangan berharap akan lahir pemimpin yang bersih dan integritas kalau dalam proses rekrutmen kepemimpinan melalui partai politik ada syarat tertentu, katakanlah harus menyiapkan mahar atau uang dengan jumlah yang sangat besar di setorkan ke partai tertentu untuk mendapatkan tiket atau rekomendasi dari partai untuk berlaga dan bertarung dalam kontestasi pilkada.
“Nilai uang yang cukup fantastis. Proses rekrutmen seperti ini tidak boleh dibiarkan, karena ini merusak tatanan demokrasi yang sudah di bangun dengan darah dan air mata oleh segenap anak bangsa,” katanya.
Dia mengingatkan bahwa partai politik sebagai pilar demokrasi harus memastikan tidak ada praktek kotor dan menjijikan kejadian tersebut. Rakyat berharap khususnya kepada Institusi penegakan hukum seperti KPK dan Bawaslu RI untuk mengusut tuntas jika benar ada praktek kotor yang di lakukan oleh oknum-oknum partai politik.
Lebih lanjut, Bamantyo juga menuding aksi damai 212 tidak menyuarakan aspirasi umat yakni membela agama, namun hanyalah bertujuan politik.
“Aksi 212 murni politik dan berpotensi memecah belah bangsa. Gerakan ini rawan dimanfaatkan parpol tertentu,” jelasnya.
Bamantyo berpesan kepada masyarakat Indonesia untuk berhati-hati dan diingatkan agar tidak lagi di tumpangi oleh Partai politik dengan kedok aksi bela Islam.
“Rakyat jangan mau lagi ditunggangi oleh kepentingan politik. Tapi kami yakin rakyat sekarang sudah semakin cerdas dan tidak mau dijadikan sebagai alat tunggangan dan meraup kepentingan oleh partai,” ujarnya.
Lebih jauh, Bamantyo menilai kedok partai-partai itu kini sudah mulai dibuka dan ternyata aksi damai 212 hanya di tumpangi oleh kepentingan politik dan memecah belah sebuah bangsa dengan kedok Agama.
“Masyarakat jangan salah pilih partai lagi. Pilih partai yang tidak memecah belah bangsa. Indonesia hebat tanpa partai pemeras dan provokatif terhadap rakyat Indonesia,” pungkasnya.
Dia pun mengancam bakal melakukan aksi yang sama dengan jumlah yang cukup besar jika aspirasi mereka tidak dipenuhi.