Papua – TRIKORA (Tri Komando Rakyat) merupakan operasi militer Indonesia untuk merebut Papua (Irian Barat ketika itu) dari pendudukan Belanda. Gerakan yang diserukan oleh bung Karno sebagai presiden RI dan Suharto selaku pejabat tinggi militer Indonsia ketika itu dengan membentuk Korps Tentara Kora-1 pada 6 Maret 1961. Gerakan mobilisasi pasukan militer Indonesia ini mulai digencarkan ke wilayah Irian Barat (Papua), sejak 19 Desember 1961 sampai 15 Agustus 1962. Pemicu gerakan Trikora ini dilatarbelakangi oleh tidak tercapainya kesepakatan untuk status wilayah Irian Barat sebagai wilayah Indonesia pada Konferensi Meja Bundar tanggal 2 November 1949 di Den Haag, Belanda.
Trikora sendiri berisi tiga poin yang diserukan yaitu:
1. Gagalkan pembentukan negara boneka Papua buatan Belanda.
2. Kibarkan Sang Merah Putih di Irian Barat, Tanah Air Indonesia.
3. Bersiaplah buat mobilisasi umum guna mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air dan bangsa.
Hasil akhir dari operasi Trikora selesai dengan persetujuan New York antar Indonesia-Belanda pada 15 Agustus 1962. Untuk kemudian diatur oleh jenderal Sarwo Edhi Wibowo penyelenggaraan PEPERA (Penentuan Pendapat Rakyat) tahun 1969 di Irian Barat/Papua. Kemudian berdasarkan hasil keputusan PEPERA itulah Irian Barat (Papua) sah menjadi bagian NKRI.
Kilas melihat sepak terjang para pejuang bangsa ini ketika itu, sangat gigih dalam merebut kedaulatan negeri ini sebagai sebuah bangsa-negara merdeka. Tentu hasil perjuangan yang telah mencapai 77 tahun kemerdekaan pasca 1945 dan 60 tahun pembebasan Irian Barat pasca Trikora (1962), tidak elok hanya dinikmati oleh kaum muda hari ini dengan pasif tanpa karya dalam merawat bangsa dan nagara ini. Merespon capaian Trikora di Papua hingga saat ini, Solidaritas Generasi Muda-Papua selaku salah satu organ generasi muda Papua mengajak kita semua untuk berkontribusi sebagai kaum muda bangsa dalam mengisi kemerdekaan dengan karya-karya positif.
Menghargai pencapaian perjuangan Trikora ketika itu, kini peran serta generasi muda Papua (OAP) skala lokal dan regional maupun nasional perlu dikemas dengan memberikan gagasan kritik/saran yang membangun terhadap kebijakan pembangunan di Papua termasuk realisasi OTSUS dan 4 DOB Provinsi di Papua saat ini untuk kedepan.
“Sebagai ketua umum SGM-Papua salah satu lembaga generasi muda yang bergerak pada sektor SDM muda Papua, saya berharap dan mendorong potensi intelek muda OAP saat ini harus bisa dikemas secara terukur untuk kebermanfaatan bagi orang asli dan tanah Papua. Setiap reprensentatif pemuda dari 7 entitas wilayah Adat Papua, perlu memberikan gagasan brilian dalam bentuk kontribusi konkret untuk membangun daerah wilayah Adatnya kedepan. Sebab semangat kita bukan hanya sekedar sebagai OAP yang telah menjadi bagian dari NKRI pada gerakan Trikora ketika itu, tetapi pasca itu peran generasi muda Papua dengan kontribusi positif yang mendukung program pemerintah dalam pembangunan perlu dilakukan. agar potensi intelek dan energi kaum muda Papua (OAP) dapat tersalurkan untuk hal-hal yang efektif dalam membangun manusia dan tanah Papua bagi bangsa dan negara ini.” tukas Arie Ferdinand Waropen, Ketua Solidaritas Generasi Muda-Papua (SGM-Papua).
Arie menegaskan peran serta generasi muda (Papua) dalam memaknai capaian Trikora skala nasional, giat yang relevan dengan dinamika politik nasional saat ini bisa dikemas terkait isu Polarisasi. Jelang tahun pemilu 2024 Polarisasi makin hangat terlihat di basis-basis rakyat. Pola berpolitik yang bermodal memecah-belah rakyat (negatif) perlu diperhatikan serius untuk dicegah. Disinilah fungsi dan peran kaum muda (Papua) harus bisa mengambil bagian untuk memberikan kontribusi positif dalam pencegahan polarisasi pada dinamika politik saat ini baik lokal maupun nasional.
“Saya pikir jelas terlihat dan bisa dirasakan kalau situasi dinamika politik jelang pemilu 2024 saat ini makin hangat dan berasa polarisasinya. Sehingga penting juga bagi generasi muda Papua saat ini untuk berperan mencegah polarisasi rakyat di daerah Papua/nasional. Sehingga kualitas sebagai intelek dan kapasitas pemuda OAP punya kontribusi konkret untuk menjaga kondusifitas dinamika politik di Papua, bukan malah sebaliknya.” jelasnya.
Hal ini ia nyatakan bisa dikemas dengan berbagai inovasi giat sosialisasi demokrasi politik di ruang-ruang publik untuk pencerahan kepada masyarakat Papua.
” Sehingga harapannya rakyat Papua memahami untuk menggunakan Hak Demokrasi Politik nya secara terukur, agar melahirkan pemimpin yang berkualitas untuk membangun Papua dalam NKRI.” sambungnya.
Hal-hal ini jika dikerjakan dengan totalitas tim secara terukur, tentu akan efektif memberikan perubahan perbaikan di daerah Papua yang juga berdampak nasional. Langkah ini juga akan ikut memberi bukti secara perlahan-lahan bahwa stigma buruk oleh orang lain/publik selama ini tentang orang Papua, tidak semuanya demikian. Karena masih ada juga person/kelompok generasi muda Papua yang konsisten bergerak memberikan karya terbaik mereka bagi bangsa dan negara ini.
“Sehingga peran pemuda (Papua) benar-benar relevan disebut sebagai agen perubahan atau katalisator pembangunan di tanah Papua untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia.” pungkas Arie.