Jakarta – “Di tengah dunia yang sedang mengalami perubahan yang cepat akibat kemajuan teknologi informasi, hubungan antar-negara menjadi lebih intens, sehingga bisa saling mempengaruhi di bidang ideologi, politik, ekonomi dan sosial-daya. Dalam konteks saling mempengaruhi itu, mahasiswa Indonesia justru harus mampu memproyeksikan nilai-nilai Pancasila dalam pergaulan dengan masyarakat setempat. Sebab sejatinya mahasiswa Indonesia di luar negeri adalah diplomat akademik dan Duta Pancasila di luar negeri”, demikian disampaikan oleh Dr. Darmansjah Djumala, MA, Dewan Pakar BPIP (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila) Bidang Strategi Hubungan Luar Negeri, dalam acara PPI Institute Serial yang diselenggarakan oleh PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia) Dunia, 25 Maret 2023.
Dalam acara dengan tema “Ideologi Pancasila dan Peran PPI Dunia” tsb. Dr. Djumala lebih jauh menegaskan bahwa mahasiswa sebagai insan akademik harus memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi dalam menimba ilmu di luar negeri. Dengan semangat nasionalisme itulah nantinya anggota PPI Dunia berkontribusi pada pembangunan nasional dengan berbekal ilmu yang diperoleh semasa sekolah di luar negeri. PPI Dunia adalah organisasi pelajar Indonesia di 62 negara di seluruh dunia, di kawasan Asia-Oseania, Amerika-Eropa dan Afrika-Timur Tengah, sebagai wadah aspirasi mahasiswa terkait isu-isu yang berkembang di tanah air.
Dalam acara tersebut, Dubes Djumala yang pernah menjabat sebagai Duta Besar RI untuk Austria dan PBB (2017-2021) dan Polandia (2010-2014), menyampaikan paparannya yang berjudul ”Pancasila dalam Dinamika Politik Global: Penguatan Ideologi dan Karakter Bangsa”, dan mengingatkan bahwa politik global dewasa ini sangat kental dipengaruhi oleh rivalitas 3 ideologi transnasional, yaitu liberal-capitalist, socialist-state capitalism dan theocratic-Islamist. Ketiga ideologi dunia itu bersaing berebut pengaruh di negara ketiga, tidak terkecuali di Indonesia. Dalam banyak kasus di kawasan Arab Timur Tengah, perebutan pengaruh inilah yang pada gilirannya memantik perang saudara dan perpecahan sesama anak bangsa.
Mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di luar negeri harus memiliki kewaspadaan dan kepekaan terhadap propaganda ideologi transnasional ini yang belum tentu bersesuaian dengan ideologi Pancasila. Sebab, negara-negara yang berkepentingan dengan tiga ideologi transnasional selalu berusaha dengan segala cara untuk mempengaruhi cara pikir (mind-set) generasi muda, termasuk mahasiswa Indonesia di luar negeri.
Pada bagian lain paparannya, Dubes Djumala, yang pernah menjabat sebagai Kepala Sekretariat Presiden/Sekretaris Presiden Jokowi periode pertama, mengungkapkan bahwa Pancasila sebagai ideologi Negara sudah teruji dengan dinamika politik global.
“Ketika dunia mengalami tsunami politik yang mengakibatkan perubahan lansekap politik internasional yang drastis – seperti berakhirnya Perang Dingin, runtuhnya Tembok Berlin, Tragedi 11 September dan gerakan demokratisasi Arab Spring yang berakibat kehancuran negara dan perpecahan bangsa akibat perang saudara, Indonesia tetap utuh berdiri sebagai negara bangsa dalam bingkai negara kesatuan. Itu tidak lain karena Indonesia tetap berpegang teguh pada ideologi Pancasila.” tegasnya.
Dubes Djumala mengatakan fakta bahwa Indonesia mampu bertahan sebagai negara bangsa yang utuh hingga kini mendapat apresiasi oleh banyak negara di dunia.
”Oleh karena itulah, anggota PPI Dunia yang tersebar di seluruh dunia harus menjadi Duta Pancasila dan tidak perlu segan mempromosikan Pancasila sebagai ideologi pemersatu dan perdamaian di negara tempat menuntut ilmu”, tutup Dubes Djumala.