Jakarta – Antonius Benny Susetyo, Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), menegaskan aksi pembakaran Alquran yang terjadi di Kopenhagen, Denmark, adalah tindakan yang melanggar prinsip dasar, pada hari Rabu (29/03/2023).
“Nilai etika internasional dan kepantasan dicederai dengan adanya aksi pembakaran tersebut,” tegasnya.
Benny, sapaan akrabnya, menyatakan bahwa kitab suci agama Islam itu adalah suci dan harus dihormati.
“Alquran adalah hal yang suci dan harus dihormati, tidak boleh dilecehkan. Tindakan pembakaran ini mengingkari hak-hak mendasar, yaitu menghargai dan menerima sesuai yang berbeda,” ujarnya.
Rohaniwan Katolik ini menegaskan bahwa semua keyakinan dan agama harus dihormati, tanpa terkecuali, dimanapun dan oleh siapapun.
“Keyakinan beragama harus dihormati,” katanya.
Dia pun meminta dunia internasional untuk melakukan penegakkan atas tindakan-tindakan seperti ini.
“Persekutuan Bangsa-Bangsa (PBB) harus bertindak mengatur bahwa nilai suci agama, agama dan kepercayaan apapun, harus dihormati. Tidak boleh dilecehkan dan diinjak, dengan tindakan diluar nalar dan nilai kemanusiaan,” imbuhnya.
Benny juga mengutip apa yang menjadi penegasan dari Paus Fransiskus.
“Paus mengatakan bahwa nilai suci dari semua agama harus dihormati. Oleh karena itu, tindakan sewenang-wenangnya ini tidak dibenarkan.”
Stafsus Ketua Dewan Pengarah BPIP ini juga meminta agar dunia internasional bukan hanya sekedar mengutuk tindakan-tindakan seperti ini, tanpa ada tindakan nyata.
“Dunia internasional bukan hanya mengutuk saja, tapi ada solusi, ada etika bersama atas perlakuan nilai sakral dan suci terhadap semua keyakinan umat beriman. Karena keyakinan harusnya mendapatkan prioritas perlindungan dan penghormatan yang asasi,” jelasnya.
Salah satu pendiri Setarra Institute ini pun mengajak masyarakat semua untuk bergerak mewujudkan tata dunia global yang damai dan tidak eksklusif, terutama dalam hal agama dan kepercayaan.
“Mari bersama-sama wujudkan tata dunia global demi hormati nilai universal agama; menginjak nilai agama berarti nilai ketuhanan diinjak-injak juga, dan ini bertentangan dengan nilai kesucian dan kesakralan,” tutupnya.
Sebelumnya, Ketua Ketua Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Nasyirul Falah Amru atau Gus Falah, menegaskan aksi pembakaran Alquran di Denmark oleh kelompok sayap kanan Patrioterne Gar Live, sebagai manifestasi kejahatan politik identitas.
“Kelompok kanan di Denmark ini berupaya meraih tujuan politik tertentu, dengan melakukan kapitalisme sentimen ras, etnis, dan agama. Itulah politik identitas yang jahat,” katanya, dikutip dari liputan6.com.
Dia pun mengingatkan agar masyarakat Indonesia tidak jatuh pada bahaya politik identitas seperti ini, mengingat Indonesia akan menyongsong tahun pemilu 2024.
“Kita harus mewaspadai kelompok-kelompok yang seperti ini juga; mereka juga bisa muncul di Indonesia, karena sejatinya politik identitas itu membahayakan persatuan nasional,” pungkasnya.