Kaltara- Budidaya rumput laut di Nunukan, Kalimantan Utara (Kaltara) kian menjamur, mengingat bahan utama pembuatan agar-agar ini memiliki harga yang menjanjikan. Tidak hanya itu, komoditas rumput laut ini dapat menopang ekonomi masyarakat Nunukan.
Namun, di tengah menggeliatnya komoditi andalan Nunukan itu memunculkan permasalahan yang sejatinya hingga kini tak kunjung terselesaikan. Dikarenakan, lokasi budidaya rumput laut menyebabkan menyempitnya jalur transfortasi air di Nunukan.
Bahkan, tidak sedikit sejumlah pihak melakukan protes terkait penyempitan jalur pelayaran, yang menghubungkan Pulau Nunukan dengan daerah lainnya seperti di perairan Mamolo, Sungai Ular dan Pulau Tinabasan, yang nyaris menutupi seluruh jalur pelayaran.
Sehubungan dengan permasalahan tersebut, koordinator asosiasi rumput laut H. Habir berpendapat, meski laut merupakan anugerah dari yang Maha Kuasa, namun untuk pemanfaatannya sudah semestinya dilakukan secara optimal.
“Harusnya dimanfaatkan dengan baik tanpa merugikan pihak mana pun, karena selain untuk keberlangsungan hidup juga ada kepentingan jalur lintas khususnya untuk warga Nunukan yang menggunakan transfortasi laut,” beber Habir.
Terkait permasalahan ini, Habir menjelaskan, sudah semestinya dari pihak pemerintah melakukan serius melakukan sosialiasasi bersama masyarakat khususnya pembudidaya rumput laut secara intensif, sehingga permasalahannya tidak semakin larut.
“Kita minta pemerintah juga aktif berkomunikasi dengan pembudidaya rumput laut untuk mencari solusi terbaiknya, dengan begitu tidak ada pihak yang dirugikan dan transfortasi laut dapat leluasa berlayar lagi,” jelasnya.
Habir menegaskan, untuk dapat membuka kembali jalur pelayaran yang kian menyempit di perairan Nunukan, melalui asosiasi rumput laut siap mendukung pelaksanaan pembersihan rumput laut yang ada di perairan Nunukan.
“Contoh di Sungai Banjar, Binusan, Sungai Fatimah dan Tanjung Bilas kini sudah leluasa dilalui oleh warga yang menggunakan moda transfortasi laut, makanya di beberapa titik yang belum terselesaikan kami minta segera dicarikan solusinya,” tegas Habir.
“Hal ini perlu dilakukan dengan segera, bukan untuk kepentingan kelompok atau pribadi, tapi ini untuk kepentingan bersama,” tambahnya.
Jika permaslahan ini tidak kunjung selesai, pihak asoasiasi khawatir, kedepan permasalahan rumput laut yang menyebabkan penyempitan jalur pelayaran di Nunukan dapat menimbulkan konflik dan kecemburuan sosial.
“Kalau terus dibiarkan berlarut-larut, tidak menutup kemungkinan menyebabkan tergangunya keamanan dan kenyamanan masyarakat Nunukan,” pungkasnya.