Ada program seru dari Kepolisian dengan dimulainya penerapan polisi RW. Maksudnya, polisi yang punya tugas khusus untuk membina satu lingkungan kecil, setingkat RW. Tapi bedanya, tugas polisi RW bukan hanya melulu soal penegakkan hukum. Justru lebih difokuskan pada pendampingan warga di wilayah tersebut.
Maksudnya, sih, agar setiap potensi gangguan keamanan dalam masyarakat bisa terdeteksi sejak dini. Kalau dari lingkungan terkecil sudah bisa termonitor, diharapkan gangguan itu tidak berkembang lebih jauh.
Ambil contoh, maraknya peredaran narkoba yang kadang masuk ke komunitas-komunitas anak muda di satuan terkecil. Kalau melulu mengandalkan pendekatan koersif, rasanya akan sulit memberantas kejahatan narkoba disana. Sekali dua kali bandarnya ditangkap memang mengurangi, tetapi mungkin akan lahir orang baru yang menggantikannya.
Walhasil, problem sosial pada wilayah tersebut tidak bisa begitu saja terhapus.
Akan berbeda jika di wilayah itu ada apparat yang bertanggungjawab untuk membina. Pendekatan yang lebih persuasive. Pemahaman terhadap karakteristik masyarakat disana. Mengerti karakter lingkungan. Itu bisa memudahkan untuk melakukan pencegahan sejak dini.
Atau mungkin saja pemantauan terhadap gerakan radikal yang sering kali luput. Gerakan ini biasanya menelusup di unit-unit terkecil dalam masyarakat. Akan sangat repot jika tidak tertangani sejak awal. Sebab ketika terus berkembang tanpa deteksi dini, justru kita akan kerepotan nantinya.
Tapi bukan hanya soal yang menyangkut keamanan seperti kerja polisi yang kita tahu selama ini. Keberadaan polisi RW juga bisa didorong untuk membantu realisasi program-program pemerintah yang menyangkut pelibatan masyarakat secara luas.
Misalnya, polisi RW ikut menangani kasus stunting yang memang menjadi salah satu konsen pembangunan kualitas manusnia Indonesia. Atau ikut terlibat dalam ide-ide untuk peningkatan potensi ekonomi warga yang selama ini mungkin belum maksimal.
Ingat gak, ketika Covid-19 lalu. Indonesia yang luas ini membutuhkan percepatan dalam soal vaksinasi misalnya. Jika hanya mengandalkan Dinas Kesehatan, kayaknya gak mungkin bisa terkejar angka vaksinasi dengan cepat. Karena itu, seluruh elemen kepolisian terlibat aktif dalam proses vaksinasi warga. Hasilnya, hanya dalam waktu setahun, kita berhasil melakukan vaksinasi terhadap 80% warga. Bahkan mencapai vaksinasi kedua maupun booster. Percepatan dan vaksinasi ini juga yang membuat Indonesia cepat keluar dari kondisi pandemi.
Nah, soal vaksinasi kan, gak ada hubungannya dengan keamanan. Tetapi keterlibatan personil polisi secara aktif membuktikan efektifnya langkah tersebut.
Usulan Kabarharkam Komjen Fadil Imran untuk bukan datang ujug-ujug. Konsep ini sudah dicobakan di beberapa wilayah dan menghasilkan output yang sangat baik. Setidaknya di Jakarta, keberadaan polisi yang ada di satuan masyarakat terkecil berhasil menekan angka kriminalitas secara signifikan.
Pilot Project polisi RW kini sedang dicobakan di beberapa wilayah di Polda-polda di seluruh Indonesia. Memang untuk merealisasikan satu RW satu polisi, rasanya tidak bisa cepat diujudkan. Keterbatasan jumlah personel menjadi kendala berarti.
Di kota-kota besar konsep ini memang bisa berjalan baik. Kota biasanya memiliki karakteristik tingkat kepadatan penduduk yang tinggi. Akan berbeda jika diterapkan di daerah terpencil yang wilayahnya terbentang luas tetapi penduduknya jarang.
Kendala kedua, penerapan polisi RW justru sangat tergantung dari kemampuan anggota kepolisian. Karena yang dibutuhkan bukan hanya teknis penegakkan keamanan, tetapi juga, dan ini yang lebih penting, kemampuan persuasi, kemampuan teknis menjalin relasi saling percaya antara masyarakat dan apparat polisi.
Rasa saling percaya antara masyarakat dan aparat adalah kunci keberhasilkan program polisi RW ini. Sebab ketika ditempatkan membina sebuah wilayah atau RW, setidaknya apparat tersebut bukan merasa menjadi outsider dari wilayah tersebut. Tetapi dia harus bisa menjadi bagian dari warga disana. Memahami cara hidup dan cara berfikir warga.
Dua masalah tersebut, keterbatasan personil dan perubahan pendekatan terhadap warga menjadi inti dari keberhasilan program ini secara nasional.
Sebagai sebuah konsep, rasanya polisi RW adalah terobosan yang keren. Konsep sebesar ini memang tidak bisa diterapkan serentak dan tiba-tiba. Dibutuhkan langkah bertahap untuk merealisasikan program ambisius ini.
Tapi, ini Indonesia kita. Tidak ada yang terlalu ambisius jika tujuannya untuk menjaga dan membangun masyarakat.
Masyarakat juga akan merasakan kehadiran polisi yang lebih ramah, dekat secara emosional dan menjadi solusi permasalahan mereka.
Penulis : Eko Kuntadhi