Jakarta – Peneliti CIE Muhammad Chaerul menyayangkan adanya tudingan tanpa data soal tiga anggota Polisi yang tewas tertembak oleh oknum TNI saat gerebek judi sabung ayam mendapatkan setoran dari bisnis gelap tersebut.
“Kasihan keluarganya, anak dan istrinya ditinggal sosok suami yang gugur menjalankan tugas. Bayangkan sudah meninggal ditembak, kok masih juga di fitnah,” tegasnya, hari ini.
Sebelumnya, Tiktoker Netha Viany, dalam unggahannya menuding bahwa peristiwa tembak-menembak itu dipicu oleh kenaikan “setoran” yang diminta aparat kepolisian dari Rp1 juta menjadi Rp20 juta per hari terkait judi sabung ayam.
Selain itu, juga marak konten serupa menuding tiga anggota Polisi menerima setoran itu berseliweran di media sosial.
Menurutnya, ada upaya sistematis dan masif untuk mengaburkan persoalan aslinya yakni peristiwa tragis penembakan tiga anggota Polisi di Way Kanan oleh oknum TNI.
“Dimana empati orang-orang ini. Keluarga tiga almarhum pastinya terpukul karena almarhum tidak bisa lagi membela diri. Sudah mati pun masih di fitnah lagi,” tuturnya.
Dia pun berpesan agar para pihak-pihak tersebut berhenti memfitnah orang yang sudah mati. Sebab memfitnah tanpa bukti alias sebar hoax itu lebih kejam daripada pembunuhan.
“Sangat kejam, sudah mati dibunuh lagi karakternya. Lebih baik fokus saja pada kejadian penembakan tersebut. Segera tetapkan siapa tersangka atas kasus penembakan brutal tersebut,” tuturnya.
Disisi lain, ia juga meminta agar Kapendam II Sriwijaya, Kolonel Inf Eko Syah Putra Siregar tidak menyampaikan data soal dugaan setoran ke Polsek dan Koramil itu secara sepihak yakni hanya berdasarkan pengakuan tersangka.
“Jangan jadi mengalihkan kasus pokoknya, agar tidak kabur dan bias kemana-mana. Apalagi pengakuan ini cuma sepihak hanya berdasarkan pengakuan tersangka. Apakah sudah mintai keterangan balik dari pihak Polsek atau Koramil, benar atau tidak. Siapa yang terima harus jelas,” pungkasnya.