JAKARTA – Ketua Umum Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Haryanto menegaskan Pemilu bukanlah sebuah arena peperangan atau momentum untuk memecah persatuan bangsa.
“Biarkan demokrasi berjalan dengan baik. Jangan memecah belah antar suku. Pilihan politik boleh beda tapi jangan terpecah belah,” ungkap Haryanto, Jumat (29/3/2019).
Haryanto mengakui pesta demokrasi yang berlangsung kali ini berbeda sekali dengan Pemilu sebelumnya. Pemilu kali ini tensinya cukup mendidih. Maka itu, ia berpesan kepada masyarakat Indonesia khususnya buruh Migran agar tetap menjaga silaturahmi dan menjaga situasi jelang Pilpres tetap kondusif.
“Panas boleh tapi jangan memecah belah,” cetus Haryanto lagi.
Lebih lanjut, Haryanto menyesalkan jika kalangan buruh Migran yang tersebar di banyak negara ikutan terpecah belah hanya gara-gara beda piliham politik maupun Pilpres. Kata dia, jangan kemudian menjadi seolah isu Pilpres ini justru posisi buruh migran dipeta-petakan, yakni antara buruh migran a, atau b.
“Selain itu, ujaran kebencian sangat tidak kami harapkan. Fokus lah bekerja mencari ekonomi, gunakan hak memilih kalian tapi jangan coba-coba masuk isu yang memecah belah,” sebutnya.
Lebih jauh, Haryanto mengapresiasi pemerintahan Jokowi dalam penanganan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dinilai cukup baik. Namun, kata dia, disisa waktunya kementerian tenaga kerja yang merupakan leading sektor bisa bekerja optimal dan tetap memperbaiki tata kelola kebijakan guna mendorong pencegahan secara optimal.
“Pemerintahan Jokowi cukup baik dan kita apresiasi tapi kami dorong di sisa waktu bisa perbaiki tata kelola Undang-Undang nya. Ini menjadi hal penting perlindungan buruh migran. Kata kuncinya adalah negara hadir,” tandasnya.