Papua – Penyebaran berita-berita hoaks dan disinformasi membuat beberapa situasi di wilayah Papua dan Papua Barat bahkan hingga berbagai wilayah di Jawa disinyalir menjadi salah satu pemicu memanasnya situasi dengan isu Papua. Bustam, S.T., Ketua Persatuan Wartawan Indonesia wilayah Papua Barat dan Ketua Serikat Media Siber Indonesia wilayah Papua Barat turut mengomentari hal ini.
“Yang seperti itu sangat tidak bijak. Media yang meliput langsung atau tidak punya kontributor, setidaknya bekerja sama dengan media lokal atau melakukan cross check pada narasumber langsung,” jelas Bustam.
Hal tersebut, sambung Bustam, untuk memenuhi akurasi berita dan agar tidak terjadi dis-informasi yang menyebabkan isu berkembang tidak sesuai dengan kondisi riil. Pasalnya, sebuah dis-informasi bisa menyebabkan narasumber kedua atau ketiga salah menangkap maksud narasumber pertama.
“Yang ditanya komentarnya pun mungkin akan bingung dan mereaksi sesuai yang dia terima dari wartawan. Disini pentingnya ada cross chek, baru minta komentar. Supaya nggak makin simpang siur,” imbuhnya.
Bustam menekankan bahwa arah pemberitaan media dapat mempengaruhi masyarakat secara langsung.
“Kalau nggak tahu sesungguhnya seperti apa di lapangan, media malah jangan memanaskan suasana. Harus memberikan info yang baik dan untuk meredam suasana. Fungsi media kan untuk mengabarkan yang benar di antara ketidakpastian yang beredar,” tuturnya.
Bustam juga berharap masyarakat lebih bijak dalam menanggapi informasi.
“Sudah saatnya masyarakat harus semakin bijak, teliti sumber berita, dibaca seksama dan ditimbang dulu atau istilahnya saring sebelum sharing,” imbaunya.
Bustam juga melihat bahwa persebaran berita hoaks patut dicurigai sebagai upaya oknum-oknum tertentu yang ingin memanaskan situasi.
“Fenomena hoaks ini bisa jadi ada pihak-pihak yang ingin ricuh, memancing di air keruh. Dia memancing respons negatif dari kedua belah pihak, jadi jangan mudah dipercaya,” pungkasnya.