Jawa Tengah – Pancasila yang digali dari nilai-nilai luhur bangsa oleh para founding fathers negara ini tidak diragukan lagi kemampuannya dalam menjadi jawaban untuk menghadapi tantangan zaman di dalam kehidupan bangsa Indonesia. Namun dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara yang kian berkembang tanpa disadari, membuat peran Pancasila sebagai ideologi bangsa semakin tersingkirkan dan terlupakan. Hal ini diperparah dengan penyalahgunaan Pancasila oleh orde baru sebagai alat legitimasi kekuasaan.
Keberadaan Pancasila khususnya setelah masa reformasi terasa hanya sebagai formalitas saja. Hal ini diperparah dengan tereduksinya pendidikan Pancasila menjadi sekedar tempelan dari Pendidikan Kewarganegaraan. Tidak terasa masyarakat Indonesia makin jauh dan asing terhadap dasar negaranya. Hal ini dibuktikan dengan hasil riset Setara Institute yang dilakukan kepada Para Pelajar SMA dengan hasil yang mencengangkan, 83,3 Persen pelajar SMA mengangggap Pancasila bukan Ideologi permanen dan bisa diganti.
Karena kenyataan yang memprihatinkan tersebut, Direktorat Pengkajian dan Implementasi Pembinaan Ideologi Pancasila, Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) bersama Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah, Asosiasi Guru PPKn Indonesia beserta dengan berbagai organisasi dan unsur masyarakat di Jawa Tengah memenyelenggarakan Dialog Kebangkitan Nasional Menuju Indonesia Raya sekaligus Pencanangan Buku Pendidikan Pancasila pada Senin, 22 Mei 2023 di Semarang Jawa Tengah.
Acara tersebut juga menghadirkan tokoh-tokoh nasional sebagai narasumber. Antara lain Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Yudian Wahyudi, Staff Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP Antonius Benny Susetyo serta Dewan Pakar Bidang Luar Negeri Darmansyah Djumala. Agenda ini dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Nasional sekaligus pencanangan Buku Bahan Ajar Pendidikan Pancasila sebagai materi wajib pendidikan Pancasila, dengan mengundang para guru, siswa serta unsur pendidikan se-Provinsi Jawa Tengah.
Dalam paparannya, Gubernur Jawa Tengah menyampaikan bahwa Indonesia sudah memiliki modal untuk maju dan berkembang yaitu para pemuda. Namun, Ganjar menyebut bahwa modal tersebut hanya akan menjadi kebanggaan semata jika tidak dikelola dengan baik.
“Keberadaan para pemuda ini hendaknya dapat dilatih dan dipupuk, tidak hanya sebagai generasi yang cakap secara tehnologi namun juga memiliki kearifan-kearifan lokal yang bersumber dari Pancasila.” tegas Ganjar.
Lebih lanjut, Ganjar mengharapkan pendidikan Pancasila tidak sebatas indoktrinasi saja namun benar-benar diajarkan nilai-nilai praktis mengenai berkehidupan berbangsa dan bernegara.
” Sehingga Pancasila benar benar terlaksana dalam kehidupan sehari-hari secara nyata dan aplikatif dan tidak sekedar slogan dan teori semata.” tandasnya.
Untuk selanjutnya, Prof Yudian Wahyudi sebagai Keynote Speaker menyatakan bahwa dalam momentum Hari Kebangkitan Nasional ini hendaknya kita dapat saling bahu-membahu dalam upaya pembumian kembali Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
“Pencanangan Buku Pancasila diharapkan dapat menjadi pedoman pembelajaran Pancasila di seluruh Indonesia hingga tidak ada lagi kerancuan dan multiinterpretasi terhadap pembinaan Pancasila. Pancasila yang digali dari nilai-nilai luhur bangsa dapat benar-benar dilaksanakan dan dirasakan oleh seluruh lapisan bangsa Indonesia.” ungkap Prof. Yudian Wahyudi.
Staff Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Antonius Benny Susetyo dalam paparannya menyatakan bahwa Pendidikan Pancasila paska reformasi keberadaannya direduksi menjadi bagian dari Pendidikan Kewarganegaraan. Pancasila hanya dipandang sebagai formalitas dan materi pelajaran, bukan merupakan nilai-nilai kehidupan yang benar benar dilaksanakan dengan rasa dan jiwa.
“Oleh karena itu menjadi tugas kita bersama untuk dapat menjadikan Pancasila menjadi Living and Working Ideology. Pancasila harus dapat dilaksanakan dengan Roso hingga Pancasila dapat benar-benar dihabitualisasikan dalam segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.” ujar Benny.
Lebih lanjut, Benny menyatakan bahwa pendidikan Pancasila yang nanti dilaksanakan akan lebih mengetengahkan praktik dibanding teori.
“Dengan penerapan seperti ini diharapkan Pancasila dapat secara nyata menjiwai segala aspek kehidupan bangsa Indonesia, hingga persatuan dan kesatuan bangsa dalam menghadapi segala dinamika dapat selalu terjaga.” tandasnya.
Benny menutup paparannya dalam acara yang dihadiri sekitar 500 orang tersebut dengan menyatakan bahwa “Dalam semangat kebangkitan nasional hendaknya kita dapat bergotong royong dan saling membantu dalam upaya membumikan Pancasila, sehingga Pancasila tidak hanya semata-mata teori dan formalitas saja namun benar-benar dilaksanakan seluruh bangsa Indonesia dengan Roso.”