TARAKAN – Penguatan dan pemahaman terhadap lima nilai dasar Pancasila, harus terus didorong untuk bisa diimplementasikan. Mahasiswa juga harus mampu menolak paham yang bertentangan dengan nilai dan prinsip dasar Pancasila.
Dekan Fakultas Hukum Universitas Borneo Tarakan, Prof. Dr. Yahya Ahmad Zein, S.H., M.H mengungkapkan kebhinekaan harus menjadi hal yang membuat semua bersatu.
“Konsep persatuan Indonesia dalam nilai dasar pancasila harus didorong untuk bisa diimplementasikan,” ujarnya, saat ditemui usai menjadi narasumber dalam Diskusi Publik Kristalisasi Nilai Luhur Pancasila dalam Bingkai Persatuan Indonesia di Universitas Borneo Tarakan, Minggu (6/8/2023).
Paham globalisasi dan industrialisasi yang negatif juga bisa berdampak pada tergerusnya nilai yang ada pada paham Pancasila itu sendiri. Namun, globalisasi dan industrialisasi yang menjadi dampak akan terbentuknya Ibu Kota Nusantara (IKN) tidak bisa ditolak. Apalagi, Kaltara dipastikan akan ditunjuk untuk menjalankan program strategis nasional.
“Jangan sampai arus besar industrialisasi dan globalisasi menyebabkan kita terikut dalam arus sesungguhnya dan keluar dari nilai berbangsa dan bernegara. Penguatan ideologi Pancasila harus dilakukan, bisa dimulai dari lingkungan kampus,” imbuhnya.
Daerah yang dimasuki industri akan berbarengan dengan masuknya berbagai budaya dan orang. Perbedaan ini yang dinilainya harus dikelola dan bukan untuk memecah belah.
“Kaltara tidak terlalu besar. Kalau tidak mampu mengelola perbedaan, akan berdampak buruk. Kita punya pengalaman sebenarnya dan itu menjadi satu hal untuk mengingatkan. Seperti mahasiswa ini kan memiliki kekuatan energi yang berlebih, jadi bisa memanfaatkan secara positif,” tandasnya.
Ketua BEM Fakultas Hukum Universitas Borneo Tarakan, Riswan juga menambahkan meski sudah dikenalkan dan ditanamkan sejak di bangku sekolah dasar, namun penguatan nilai luhur Pancasila diingatkan kembali dan dikuatkan dalam diskusi kebangsaan.
“Informasi apapun itu bisa menjadi bahan serangan atau bahan untuk memudahkan nilai Pancasila itu sendiri sejak bangku sekolah dasar. Mahasiswa diharapkan bisa menjadi agen untuk memperingatkan Pancasila harus kuat di kaum pemuda,” tegasnya.
Hal yang sama disampaikan Sekretaris Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Tarakan, Syamsi Sarman. Berbagai macam paham yang masuk ke Indonesia bisa menjadi racun generasi muda.
“Pancasila dari aspek persatuan kebangsaan, dengan suku dan bangsa maupun etnis dan agama berbeda didekatkan melalui pancasila,” tuturnya.
Dua hal yang paling sensitif saat ini, paham transnasional dan transinternasional yang masuk bisa saja tidak sesuai dengan pancasila. Generasi muda berperan penting untuk menjadi agen perubahan agar bisa menyaring paham bertentangan dengan Pancasila, termasuk melalui media.
“Toleransi beragama di Indonesia sangat tinggi, hasutan yang dilakukan oknum mengatasnamakan agama harus dicegah. Bisa melalui dialog kebangsaan dan media lain. Orang yang bicara di media sosial itu pasti ahli, jangan sampai anak muda kita terpengaruh,” tegasnya.
Sementara itu, Sopyan mewakili Kementrian Agama Tarakan mengatakan hal yang terpenting untuk dipahami Pancasila sebagai ideologi negara.
“Identitas Indonesia itu Pancasila sebagai idelogi bangsa. Paling tidak mahasiswa itu tidak hanya hafal Pancasila, tetapi mampu mengimplementasikan. Ada hal yang sama, bisa digabungkan dengan agama. Tapi, jangan bandingkan pancasila dengan agama. Pancasila itu kebangsaan, agama itu tentu mengikuti syariat,” katanya.